Melupakanmu.
Meninggalkan setiap jejak yang diam-diam selalu kita banggakan. Memori
indah yang kuputar ulang di kepalaku tiap pagi dengan hati-hati , jangan sampai
ada detik yang terlewat untuk diingat.
Membakar habis semua surat yang pernah kutulis; yang tak pernah
sampai, yang sampai namun kau lewatkan tanpa sempat kau baca, yang kau baca
seluruh atau sebagian. Atau yang telah kau lupakan, surat-surat yang telah kau
bakar lebih dahulu tanpa kutahu.
Melupakanmu.
Menarik kembali semua kata rindu yang pernah terlempar dalam
diam ataupun bisu. Dalam yakin maupun ragu.
Menghapus semua kebiasaan-kebiasaan baruku sejak pertama kali
mengenalmu: tetiba lupa cara bisara saat di hadapmu, lupa gravitasi saat di
dekatmu, atau lupa malam saat mengenang senyummu. Malam selalu terlalu pagi
untuk buru-buru membawa keindahan-keindahan nyata yang kau sajikan ke dalam
mimpi.
Melupakanmu.
Membangun penjara sesal yang kelak akan mengurungku. Mengikat mati
tanganku. Merantai kedua kakiku. Menutup mataku hingga hanya gelap kulihat: tak
sanggup lagi aku mendapatimu, bahkan untuk sekadar menatapmu. Atau merasakan
keberadaanmu. Aku mati rasa.
Melupakanmu.
Adalah memadu air dan minyak tanpa pengemulsi.
Adalah mengukir langit.
Adalah memutar balik waktu.
Demi hujan dan malam, aku
tak mampu.
Melupakanmu
– Ja(t)uh, Azhar Nurun Ala