Katakan
kepada semesta dosa mana yang tak datangkan gelisah. Gelisah yang berkecamuk di
hati, semua menjadi serba tak tenang. Bahkan, ketika sujud menghamba kepadaNya
pun hati ini tetap saja gelisah. Entah, terjebak di labirin mana hingga semua
terasa begitu gelap. Jalan keluar tak mampu diraba, dimana? Berapa lama lagi
bisa keluar dan selamat dari kengerian labirin. Semua terasa gelap. Kesulitan
menemukan arah keluar, dosa-dosa telah membawa kea alam yang tak mampu dihadang
lajunya. Dosa setahun lalu, dosa beberapa bulan lalu, dosa hari ini, hingga
dosa detik ini. Dosa yang besar yang bahkan tak sanggup dibayangkan seberapa
ganasnya dosa tersebut dapat menyeret kedalam lubang hitam bernama neraka.
Dosa-dosa kecil yang tak sengaja diperbuat, entah acapkali sengaja di lakukan.
Sampaikan kepada angin, siapa yang
tak ingin dosanya terbang melayang jauh. Layaknya angin yang terbang melanglang
buana, membawanya jauh. Menghilang dari ingatan, dan mungkin lari dari
kenyataan. Katakan, siapa yang hidupnya tak pernah berbuat dosa. Sungguh
kemunafikan demi kemunafikan meliputi hidup kita di dunia. Rasa apa ini?
Kekhawatiran akan dunia, hingga melupakan akhirat. Berbagai cobaan yang Tuhan
hadirkan, melenakan. Terseret dalam kelenaan yang telah Tuhan hadirkan. Harta,
Kedudukan, Cinta membuat terseret arus duniawi. Melupakan akhirat sebagai
tujuan utama dari perjalanan hidup. Dunia yang hanya menjadi tempat singgah,
layaknya sebuah halte bus. Bus jurusan mana yang akan kita pilih, hanya ada dua
pilihan yang pasti. Neraka atau Surga? Api yang panas atau Air yang sejuk.
Kepada dunia yang selama ini
didiami. Manusia ini serasa begitu gunda gulanda. Apa-apa tak menjadikannya
berarti, semakin terperosok dalam jurang ketidaknyamanan. Zona ketidak
tenangan, kehidupan menjadi momok untuk di lanjutkan perjalanannya. Manusia ini
tahu dan paham, Tuhannya Maha Pengampun dosa, segala dosa. Namun, hati tetap
saja gelisah. Hidup tak tenang, tidurpun tak lelap. Bayangan demi bayangan akan
dosa berseliweran di kepala. Di setiap sendi otak, tanpa terkecuali. Manusia
ini membutuhkan pijakan untuk berdiri, membutuhkan sandaran untuk bersandar
sejenak menumpahkan seluruh resah dunia dan dosa. Airmata yang luruh dari kedua
mata ini mungkin tak akan pernah mampu membasuh dosa yang telah melumuri hati
dan jiwa.