Kita Pembunuh?

August 25, 2013

Setiap pagi kita selalu melakukan rutinitas ini, Membunuh. Sadar atau tidak, semakin banyak kita makan, semakin banyak piring yang kotor menumpuk didapur, maka semakin banyak pula kita membunuh.



Membunuh? Membunuh siapa? 

Pasti pertanyaan itu terlintas dibenak para pembaca. Yaah, bukan manusia yang kita bunuh setiap hari, bukan pula hewan buas atau semacamnya. Melainkan "hanya" makhluk kecil yang terkenal paling solid di seantereo dunia. Yaah, makhluk itu bernama "Semut".
Pernahkah kita berpikir sejenak, setiap hari kita seenaknya mengambil nyawa mereka. Tanpa memperdulikan nasib mereka yang tersiram air dan terkena sabun cucian. Perlahan mereka lemah, tak mampu lari dari mimpi buruk yang menjerat mereka. Dapatkah anda bayangkan teriakan mereka yang ketakutan? Air cucian piring kita bak air bah, tsunami yang menghantam mereka.

Ahh, Konyol. Buat apa memikirkan nasib mereka. Toh, mereka hanya sekumpulan semut yang menggangu.




Kita butuh makan, mereka para makhluk kecil itu pun butuh makan. Mereka mencari nafkah dari sisa-sisa makanan yang terkadang tak habis kita makan. Kita semestinya berterima kasih kepada mereka, makanan kita menjadi habis dan tak terbuang percuma. Entah mengapa, hampir setiap kali setiap saya menemukan sekumpulan semut yang berkumpul dicucian piring saya, saya menjadi agak sedikit segan. Walaupun mereka makhluk yang mungil, mereka juga memiliki hak untuk hidup looh. Mereka juga memerlukan proses, lahir tumbuh dan berkembang sama seperti kita. Sama-sama mahluk ciptaannya.

Dapat saya bayangkan, mereka ketakutan setengah mati ketika melihat tangan saya mulai mengambil piring, mencuci piring dan mereka tak dapat melarikan diri, karena ukuranya yang tidak sebanding. (Seperti ilustrasi diatas mungkin yaah).

"Jangan, tolong biarkan kami hidup"

Maaf, hanya itu yang bisa saya katakan kepada beratus, tidak mungkin beribu semut yang sudah saya "Bunuh" selama ini. Saya bukan seorang eksekutor karena terkadang mereka luput dari penglihatan. Naah, membunuh makhluk mungil tersebut saya segan. Apalagi jika membunuh, mengambil nyawa sesama. Manusia. Tak dapat saya bayangkan, mengapa mereka begitu kejam membakar hidup-hidup para demonstran dengan membabi buta seakan nyawa tak ada harganya lagi. Ahh, Mesir lukamu luka kami juga. Sakitmu sakit kami juga.

Para rakyat Mesir ada salam dari sekawanan semut tuuh, katanya "Kami saja tak pernah menyerah, meskipun tubuh kami begitu kecil dan begitu lemah. Tetapi, kami mempunyai tekad serta keyakinan. Apalagi kalian para manusia, makhluk paling sempurna ciptaanNYA. Mesir, kami sekawan semut mendoakanmu, Allahu Akbar".

:) :) :)
Selalu saja ada pelajaran yang dapat dipetik disekita kita. Catatan mungil hari ini, antara malam yang semakin pekat.

NB : Seharusnya ini waktunya belajar buat presentasi besok, tapi malah menulis :)
Bandar Lampung, 25 Agustus 2013
Di Kostan tercinta

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate