Pukul tiga dini hari. Titik nol kota Yogyakarta hening. Hanya lampu-lampu jalan yang masih ceria, terang-benderang dan beberapa anak muda yang masih duduk di pinggir jalan. Percakapan malam masih berlanjut bersama dengan rembulan yang malu-malu menggantung di langit. Cahaya temaramnya membuat perasaan kesepian sedikit t…
Read moreGemuruh ombak terdengar tepat di gendang telingaku. Rasanya seperti badai yang akan datang, bersiap melumat tubuhku ke laut lepas. Aku pun mulai mengigil, menutup kedua telinga , berharap tak ada suara-suara aneh yang terdengar. Sabtu sore, di sebuah kota kecil di ujung pulau yang sepi. Hanya ada karang-karang besar di bibir pan…
Read moreWaktu terbilang cukup singkat, ketika kulangkahkan kaki menyusuri jalanan Malioboro yang basah. Jaket kuning yang kubawa tak cukup untuk menghangatkanku, sembari mengigil aku terus melaju sendiri. Hilir mudik manusia yang tak mengenal satu sama lainnya, terkadang bertatap muka, namun hanya diam yang didapat. Hujan yang luruh dar…
Read moreDi suatu malam, ketika jam dinding menunjukkan pukul satu pagi. Dua orang lelaki masih asyik dengan kopi hitam dan diskusinya. Lelaki pertama menunjukkan gurat wajah gelisah, matanya menatap bulan sabit malam ini. Meneguk kopi pahitnya yang mulai dingin hingga tandas. "Aku masih risau. Aku masih tak tenang menerima ken…
Read moreAku sudah menunggu terlalu lama dalam diam. Seorang diri duduk di hamparan rumput, memandang ke arah jarum jam dua belas. Berharap-harap cemas ketika sosok tinggi dan tegap berjalan kearahku, menyunggingkan seulas senyum yang mampu meleburkan lelahku selama ini. Angin sepoi yang memainkan jilbab biruku pelan, kemudian menampar pel…
Read morePagi masih terlalu muda. Kulihat puluhan serangga terang yang terbang rendah di sepanjang kebun bunga. Aku memegang erat toples bening pemberian ayah sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya minggu lalu. Ayah pernah menceritakan padaku sebuah kisah tentang "si terang" yang akan berdatangan ketika malam tiba. Si…
Read more“Berhenti mengusiknya, kau harus sadar dengan posisimu sekarang”, kalimat itu keluar dengan lantang dari mulut seorang lelaki muda berusia 24 tahun. Matanya memandang dalam seolah ingin menelanjangi semua inci pikiran wanita muda berperawakan mungil di depannya itu. “Pernikahan tidak sebecanda itu, dik”, ungkapnya tert…
Read moreBiarkan saja awan berarakan gelisah, menemani kisruh hati yang kau porandakan. Rasa yang tertanam kuat bersama akar pohon Oak ini menjadi benalu dalam hidupku sendiri. Berulang kali aku tebas, sayangnya muncul kembali. Seolah mencoba menguji kesabaranku, rasa yang tiada kembali menjadi ada. Meski berjuta kali ditolak, datan…
Read more“Apa kamu resah dengan kematian?”, pertanyaan rumit keluar dari bibirnya yang keluh. Butiran-butiran keringat sebesar biji jagung meluncur dari pori-pori wajahnya yang pucat pasi. Genap seminggu ia tak mampu beranjak dari tempat tidurnya. Matanya hanya mampu memandangi sekawanan awan yang beriringan pelan menyusuri langit. …
Read moreSekali ini biarkan engkau menatap punggungku dari kejauhan. Karena aku tlah lelah berada jauh dibelakangmu. Berlarian, mengejar, berjuang seorang diri. Tak ada niat apapun, aku hanya sudah lelah. Menatap punggungmu sembari menahan luapan airmata yang luruh, meratapi nasib yang tak mampu kucegah lajunya. Dan kau hanya terdiam di …
Read moreDestri masih setia memandangi handphone yang tergeletak di tempat tidur, berharap ada pesan singkat yang masuk dari Zany. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, denting jarumnya memecahkan kesunyian disudut kamarnya yang lenggang. Masih dengan kegamangan yang sama seperti malam-malam sebelumnya, saat dirinya ta…
Read more