Levi Ackerman dan Bunga yang Layu



Levi Ackerman dan Bunga yang Layu
(Fan Fiction Attack on Titan)

Suatu sore, ketika matahari mulai pulang ke peraduannya. Langit yang kemerahan, dan para pasukan Recon Corps yang bersiap untuk kembali ke markas besar mereka. Kuda-kuda saling berkejaran, melaju semakin cepat. Suasana yang tenang, sore yang begitu damai, tanpa adanya geliat dari para titan-titan pemangsa manusia. Jubah hijau dengan lambang sayap kebebasan dengan wajah-wajah yang penuh harap untuk menata masa depan. Menyelamatkan umat manusia dari mimpi buruk, neraka yang selama ini mereka tempati. Semakin lama semakin menyesakkan dada para manusia yang terkukung oleh penjara bernama dinding Maria, Rose dan Sina.

Burung-burung yang terbang menuju rumah pohon mereka, sembari membawa cacing, makanan lain untuk anak-anak burung mereka yang telah menunggu. Langit yang sangat luas membentang, langit yang memesona siapapun. Kapten Levi memandang jauh, langit yang tepat berada jauh di atasnya. Sembari tetap menunggang kudanya, agar berpacu dengan cepat menuju ke markas. Wajah yang biasanya tanpa ekspresi, sore itu sedikit berbeda. Seulas senyum menghiasi wajahnya yang tenang. Langit yang mengingatkannya pada Farlan dan Isabel. Serta pada masa lalu yang tidak ingin ia kenang, memori tentang seseorang yang dirahasiakan.

“Cih, mengingat masa lalu hanya membuang waktu saja”, ujar Levi pelan. Ia tetap memacu kudanya dengan cepat jauh ke depan meninggalkan pasukannya d belakang. Nampak Eren, Mikasa, Armin, Jean bahkan Hanji kelelahan mengikuti kapten mereka itu.

“Ada apa dengan kapten? Dia nampak aneh sore ini”, ungkap Armin heran. Eren yang berada di sampingnya hanya berdehem pelan.

“Bukankah kapten memang selalu aneh”, jawab Eren dengan lugas.

“Maksudku kapten hari ini lebih aneh”, jelas Armin. Mereka pun terdiam selama sisa perjalanan. Fisik yang sudah kelelahan dan mental yang juga agak terguncang setelah berhadapan dengan para titan di luar sana. Teman-teman mereka pun yang tak mampu menghindari serangan titan gugur dalam pertempuran. Lebih baik diam menikmati perjalanan pulang, dan berharap mereka selamat hingga sampai ke markas, ungkap mereka semua dalam hati.
***
 
Dua tahun setelah Levi Ackerman bergabung dengan pasukan pengintai. Erwin Smith di lantik sebagai komandan pasukan, menggantikan komandan Keith. Levi pun semakin mengasah kemampuannya dalam membasmi titan. Ia terus melatih pertahanan diri dan berhasil meningkatkan kekuatannya. 

Posisi pemimpin pasukan pun berubah, di gantikan oleh Victoria Hale. Seorang wanita cantik berambut coklat, ia menjadi kopral wanita pertama di pasukan pengintai. Meskipun wanita, kemampuan dan juga kekuatannya tidak diragukan lagi. Wajahnya yang selalu tenang dan tersenyum tipis setiap kali berpapasan dengan para pasukannya. Berbanding terbalik dengan karakter Levi yang jarang sekali tersenyum.

Victoria Hale berperawakan tidak terlalu tinggi. Tinggi badannya hanya 158 cm, rambutnya berwarna coklat keemasan, panjangnya hingga sepinggang. Rambutnya selalu terurai meskipun sedang bertarung menghadapi para titan. Ketika angin datang berhembus, rambutnya pun ikut berkibar mengikuti arah angin yang datang. Warna kulitnya putih pucat, dan matanya sendu. Wanita yang berwibawa dengan kemampuan bertarung yang tinggi. Ia disegani oleh para pasukannya termasuk Levi. Levi sangat menghormati Victoria Hale. Menurut Levi, Victoria adalah satu-satunya wanita yang pantas untuk ia hormati. 

“Aku juga pernah hidup di bawah tanah sama sepertimu, Levi”, ucap Victoria kepada Levi. Mereka berdua duduk di atas salah satu menara markas besar pasukan pengintai. Mata mereka tertuju kepada dinding setinggi lebih dari 50 meter yang membentang dari sisi selatan hingga ke utara, dari sisi barat ke timur. Dinding yang selama lebih dari satu abad itu melindungi mereka. Dinding yang memberikan kedamaian semu pada hari-hari mereka.
“Kenapa tiba-tiba kau berkata demikian”, ujar Levi dengan nada malas. Tangannya memegang sebuah sapu tangan, membersihkan pisau kecil kesayangannya.

“Gelap dan suram. Kesan itu yang aku dapati selama beberapa bulan aku tinggal di sana. Tidak dapat aku bayangkan bagaimana bisa orang-orang di bawah sana mampu bertahan hidup hingga akhir hayatnya. Kota bawah tanah yang tak memiliki masa depan”, jelas Victoria iba.

“Mereka bertahan karena memang tak ada pilihan lain. Jika ingin tinggal di permukaan, kau harus memiliki cukup uang untuk membayar biaya naik tangga dan juga hak kependudukan”, Levi termenung sejenak seolah kembali ke masa lalunya. Ia teringat dengan Farlan dan Isabel, dua temannya yang tewas di makan oleh keganasan titan. Ekspedisi keluar dinding pertama bagi Levi, dan ekspedisi pertama dan terakhir bagi kedua rekannya. 

“Aku tahu, itu sangat tidak adil”, Victoria kembali berucap pelan.

“Cih, jika kau ingin menyalahkan, salahkan para bangsawan brengsek yang mengambil keuntungan dari kesusahan mereka. Mereka hanya ingin hidup setidaknya dengan melihat matahari terbit setiap harinya”, Levi melempar batu kecil yang ada di hadapannya. Batu kecil yang kemudian jatuh ke tanah, tanpa mampu melawan, batu yang tidak mempunyai daya untuk menang dari yang memiliki kekuasaan.

“So ist es immer, unser Licht ist nur das. Trinken und singen wir, begrüßen morgen. So ist es immer, unterm riesigen Himmel. Leben wir zusammen, die Nacht ist lang1”, Victoria bernyanyi dengan merdu, suaranya yang terdengar pelan terbawa oleh angin sore. Angin yang terus berhembus hingga jarak terjauh, angin yang sampai hingga ke kota bawah tanah. Tempat di mana hanya ada hal kelam dan suram yang menyelimutinya.

***

Ekspedisi keluar dinding yang ke-33 pun akan di mulai. Para pasukan pengintai yang gagah berani sudah bersiap sejak pagi tadi. Menyiapkan segala peralatan mulai dari 3D Manuver, pedang, hingga pasokan logistik yang mereka butuhkan. Ekspedisi yang di harapkan mampu menyibak rahasia di balik para titan yang sudah mengancam peradaban umat manusia, yang semakin hari semakin berkurang populasinya.

Komandan Erwin Smith yang akan memimpin ekspedisi kali ini, ekspedisi pertama setelah ia menjabat sebagai seorang komandan ke-13 pasukan pengintai. Sebanyak seratus pasukan pengintai akan ikut serta kali ini, wajah-wajah mereka menunjukkan wajah yang harap-harap cemas. Berharap mereka dapat mengumpulkan informasi tentang titan, dan kembali pulang dengan selamat untuk bertemu dengan keluarga yang mereka kasihi.

“Hanji, kau seperti biasa nampak semangat sekali”, Victoria menyapa Hanji yang berada di sampingnya. Wajah Hanji yang merona, matanya nampak berapi-api sangat bersemangat.

“Yahoo! Tentu saja kapten, aku kali ini mungkin saja bertemu dengan titan yang menarik hahaa”, ujar Hanji sambil tertawa terbahak-bahak.

Levi hanya memasang ekspresi wajah datar melihat kelakuan rekan sejawatnya tersebut, “Victoria, harusnya kau tidak bertanya seperti itu pada si kacamata sialan”. Ujar Levi.

“Semuanya bersiap, gerbang akan segera di buka. Kita akan segera pergi, ekspedisi ke-33 akan di mulai. Para pasukan pengintai tunjukkan hasil jerih parah, kerja keras latihan kalian selama ini. Jangan sampai kalian membiarkan diri kalian mati menjadi santapan para titan di luar sana”, Komandan Erwin berteriak lantang kepada seluruh anggota pasukan pengintai. 

“Siap!!”, ujar seluruh pasukan dengan lantang, semangat mereka terbakar oleh kalimat yang lantang di ucapkan oleh komandan mereka. Gerbang di buka, di luar sana pasti sudah banyak titan yang menunggu mereka datang. Titan yang siap untuk memangsa para manusia, hingga habis tak berbekas.

“Berangkat!”, perintah komandan Erwin Smith, kuda-kuda pasukan Recon Corps mulai melaju dengan cepat meninggalkan dinding yang menjulang tinggi. Lambang sayap kebebasan pasukan pengintai menjadi harapan baru bagi para umat manusia yang tinggal di dalam dinding yang tinggi. Harapan yang di harapkan mampu meningkatkan daya tahan para manusia terhadap serangan titan.

“Komandan, ada dua titan di depan kita, titan berukuran 10 meter dan juga 15 meter. Jaraknya terlalu dekat dengan kita, kita tidak bisa menghindarnya”, salah satu pasukan pengintai berteriak panik. Titan-titan itu terus berlari ke arah rombongan pasukan pengintai, semakin lama berlari semakin cepat.

“Bersiap untuk bertarung, siapkan manuver 3D kalian”, perintah komandan Erwin.

“Biar aku yang menghadapinya Erwin”, ujar Victoria pelan. Kudanya melaju ke depan meninggalkan pasukan pengintai di belakang.

“Kapten Vic, terlalu berbahaya jika sendirian menghadapi titan itu”, Hanji berteriak. Namun, teriakannya tak terdengar, terbawa oleh angin. Levi dengan sigap segera menyusul kaptennya tersebut, kuda mereka berdua berpacu dengan cepat, lebih cepat, semakin cepat, dan semakin mendekati target.

“Levi, biar aku yang mengurus yang di sebelah kiri. Kau urus yang di sebelah kanan”, perintah Victoria. Ia segera mengambil ancang-ancang, ia segera berdiri di atas kudanya dan menggunakan manuver 3D.

Titan berukuran 15 meter itu semakin mendekati Victoria, posisi mereka yang sedang berada di tananh yang luas tanpa pepohonan membuat para pasukan pengintai kesusahan. Hal itu tidak menguntungkan mereka sama sekali, namun Victoria tetap berusaha untuk mendekati titan tersenyum tersebut. Ia memanfaatkan kaki titan dengan menggunakan manuver 3D untuk mencapai bagian belakang titan.

“Victoria, menghindar!”, teriak Levi. Tangan titan itu dengan cepat ingin meraih tubuh Victoria dan memangsanya. Akan tetapi, kapten wanita itu berhasil menghindarinya. Ia tetap menggunakan manuver 3D miliknya, dan tetap menuju ke arah belakang titan untuk menebas bagian daging belakangnya.

“Pergilah kau ke neraka!”, Victoria berteriak kencang. Titan itu pun terjatuh setelah Victoria berhasil menebas daging di bagian belakang kepalanya. Tubuhnya jatuh ke tanah tanpa mampu beregenerasi kembali, dengan cekatan Victoria pun pergi meninggalkan titan yang tlah mati dan menunggani kudanya.

“Levi tetap fokus, kita tidak tahu berapa banyak titan yang akan datang”, ujar Victoria lantang. Mereka berdua bergegas memacu kuda untuk kembali kedalam formasi yang sudah di rancang dalam strategi. Titan terus bermunculan, titan-titan tersebut semakin rakus dan tak terkontrol untuk mengejar dan memangsa para pasukan pengintai.

“Victoria! Di belakangmu!”, Levi berteriak diantara kegaduhan dan teriakan putus asa itu. Tubuh-tubuh pasukan pengintai yang tlah di mangsa oleh titan berserakan, tangan, kaki, kepala yang tak tahu punya siapa lagi. Darah merah membanjiri area pertempuran pagi itu. Hanya sepuluh menit berselang ketika mereka keluar dari gerbang utama, tetiba neraka langsung tercipta karena para titan.

Victoria tak mampu menghindari serangan titan abnormal yang ada di belakangnya itu. Titan yang tidak terlalu besar itu memiliki gerakan yang sangat cepat. Bahkan Victoria yang biasanya sanggup menghadapi titan berukuran lebih besarpun kewalahan. Tubuh mungilnya kini berada dalam genggaman titan abnormal itu.

“Akan kubunuh kau sekarang titan bangsat!”, Levi segera menuju titan abnormal yang masih menggengam erat tubuh milik Victoria. Victoria tak sadarkan diri, kepalanya terbentur ketika titan itu berusaha untuk memangsanya. Pagi yang berduka, canda tawa serta semangat pasukan raib begitu saja dengan cepatnya. Titan berhasil mencuri harapan dan masa depan yang ada di pundak para pasukan pengintai.

***

“Levi, Levi”, suara tersebut samar-samar terdengar. Levi tak sadarkan diri, tangannya terluka parah. Kepalanya masih pusing, pandangannya kabur. Ia memperhatikan keadaan disekelilingnya, orang-orang menangis, orang-orang terluka, orang-orang terdiam tanpa ekspresi. Hanya doa-doa yang meluncur dari mulut mereka, hanya tangisan yang mampu mewakili perasaan mereka saat itu. Perasaan takut, perasaan khawatir, perasaan putus asa tanpa harapan.

“Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri”, tanya Levi sambil memegangi kepalannya tak diperban.

“Aku rasa sudah dua jam”, jawab salah satu pasukan tersebut. Ia kemudian meninggalkan Levi menuju tempat pasukan pengintai yang lain d rawat. Levi tetap termenung menghadapi semuanya kenyataan yang menyakitkan ini. Kenyataan bahwa mereka tak mampu menang dari titan, kenyataan jika kekuatan manusia ternyata memang tak sebanding.

“Cih, titan sialan itu merepotkan”, Levi mengepalkan tinjunya ke arah dinding. Ia meringis sedikit kesakitan, luka yang ia dapat dari titan mungkin belum sebanding dengan apa yang telah ia lalui selama hidup di kota bawah tanah.

“Victoria, di mana dia? Aku tak melihatnya di sini?”, tanya Levi kepada dirinya sendiri. Ia kemudian beranjak dari tempat ia berbaring. Langkahnya tertatih untuk keluar dari barak pengobatan yang penuh dengan pasukan pengintai yang terluka, mencari sosok Victoria si kapten wanita berambut coklat itu.
***
“Kapten Levi ada yang mencari anda. Ia sedang menunggu di luar”, ujar Jean Kirstein kepada Levi. “Seorang wanita berambut coklat, aku lupa menanyakan namanya kapten”, tambah Jean. Levi terdiam di kursi yang ia duduki, setelah menyampaikan pesan tersebut Jean meninggalkan ruangan Levi yang begitu bersih tanpa debu sedikit pun.

Levi berjalan keluar dari ruangannya dengan langkah kaki yang pelan. Ingatannya kembali pada masa itu, saat ekspedi ke-33 yang merenggut hampir sebagian besar nyawa dari pasukan pengintai. Salah satu kekalahan besar yang harus dihadapi oleh pasukan pengintai, mereka harus kehilangan beberapa prajurit hebat mereka.

“Tidak mungkin”, gumam Levi pelan. Ia terus melangkah, menuruni tangga hingga ke lantai dasar markas besar pasukan pengintai. Para prajurit muda, Eren, Mikasa, dan teman-temannya nampak bercanda bersama. Seperti biasa Eren dan Jean kembali beradu mulut dan berakhir dengan perkelahian. Diantara pemandangan yang ricuh itu, mata Levi tertuju pada sosok wanita berambut coklat. Rambut coklatnya yang indah nampak bercahaya di bawah sinar matahari senja, rambutnya tertiup angin yang sepoi-sepoi.

“Victoria Hale....”, gumam Levi diantara rasa tidak percayanya.
***
To be continoue...

Keterangan:
1 : Selalu seperti itu, hanya inilah cahaya kita. Kita minum-minum dan bernyanyi, untuk menyambut hari esok. Selalu seperti itu, kita hidup di bawah langit yang besar. Kita hidup bersama di malam yang panjang (Ost Shingeki no Kyojin Kuinaki Sentaku – So Ist Es Immer by Benjamin Anderson)

Nb: Pertama kali nulis fanfiction wkwk, maaf kalau gaje. Karena kapten Levi jomblo, makanya aku ciptakan karakter Victoria Hale di cerita ini. Smile titan :v

Post a Comment

3 Comments

Al said…
Waaahhh.. Lanjut dong hehe.. Kerennn 👍👍 Suka juga aku sama Levi 😄😄 Kenapa enggak sekalian nulis fanfic di wattpad aja? 😁😁
Al said…
Assalamu'alaikum..
Enggak sengaja sih Nemu blog kakak, hehe.. Terus iseng aku baca-baca.. Sukaaaaaaaaaa... :D ditunggu lanjutannya ya, kak.. Semangaaattt... Salam dari Majalengka :D
Walaikumsalam. Hi Al! Terimkasih yah sudah mampir di rumah kata aku. Tulisan Fanfic nya segera otw eps 2. :*