Edisi Perenungan dan Penantian~

March 29, 2014


Kudapati wajah ini mulai muncul kerutan-kerutan di bawah  kantung mata. Tuhan, ternyata aku sudah semakin renta. Tak terasa umurku sudah menginjak kepala dua. Terasa sekali bahwa sisa umurku semakin dekat dengan kematian. Setiap kali aku mengingat tentang saat-saat malaikat kelak mencabut ruh dari tubuhku, ngilu terasa disembilu. Aku merasakan getaran-getaran. Bukan takut dengan kematiannya, aku takut jika surga tak mau menerimaku.

Mungkin kini sisa waktuku di dunia hanya setengah, setengah perjalanan sudah kulalui dengan harapan bahwa apa yang aku lakukan dihari-hari yang lalu mampu membawaku ke JannahNya. Bersanding dengan para bidadari-bidadari surga lainnya. Tidak muluk jika wanita di sisa kehidupannya menginginkan seorang pendamping yang dapat mengajaknya bersama-sama menuju Jannah.

Tulang rusuk memang tak akan pernah tertukar, dan janji Allah itu nyata. Jodoh sesungguhnya cerminan dari jati diri kita sendiri. Tak usah merasa gelisah ketika mendapati diri belum mendapatkan teman seumur hidup. Kurun waktu 20 tahun, aku sudah mempelajari banyak hal termasuk tentang jodoh. Bahwa tak perlu tergesa-gesa, jadilah orang baik maka hal yang baik pula yang akan menghampirimu. Percayalah.

Namanya juga wanita, ada saja kriteria-kriteria yang menjadi patokan dalam memilih pasangan hidup. Itu hal yang sangat lumrah, hidup penuh dengan pilihan. Laki-laki yang taat agamanya adalah tipe yang paling dicari olah para kaum hawa. Bagaimana kelak dapat menjadi imam untuk keluarganya jika dia saja tak mampu untuk memimpin dirinya sendiri? Laki-laki yang taat agamanya, selalu aku idam-idamkan. Maka dari itu aku berusaha memperbaiki diri, belajar menjadi seorang muslimah seutuhnya meskipun tak dapat aku pungkiri bahwa tak semudah membalikan telapak tangan.

Pasti sangat menyenangkan seandainya Tuhan memberikanku teman hidup yang bukan hanya menjadi suami bagi anak-anakku kelak tapi juga menjadi pembaca pertamaku kelak. Pembaca pertama setia yang membaca pertama kali tulisan-tulisanku sebelum di posting di blog atau sebelum aku mengirimkan tulisan ke media masa dan penerbit. Sungguh manis.

Adakah seseorang yang mau menemaniku nanti berpetualang, menjelajah indahnya alam ciptaan Tuhan ini? Bukan hanya sekedar berkeliling semata tetapi menelaah begitu besar kuasaNya akan semesta. Merasakan sejuknya rintik hujan bersama. Merasakan segarnya menghirup udara di pagi hari. Menikmati indahnya langit, awan yang membentang luas di angkasa. Putihnya awan dan birunya langit.

Adakah seseorang yang berkenan menjadi partnerku untuk mengabdikan hidupnya kepada masyarakat? Yang tak segan terjun langsung ke masyarakat, tanpa sungkan menolong, berbagi dengan sesama. Tertawa bersama anak-anak yang kurang beruntung. Ikhlas mengajari ilmunya kepada anak-anak tanpa pamrih. Menyayangi anak-anak sebagaimana apa yang telah dilakukan oleh Rasullulah.

Adakah seseorang yang mencintai kata dan seni. Yang lincah mengoreskan mata pena menjadi untaian kata yang indah. Menikmati seni sebagai bagian dari kehidupan. Menghargai karya orang lain sebagai bentuk apresiasi, memanusiakan manusia. Menyusun kata demi kata menjadi sebuah pesan yang bermakna. Sungguh mengagumkan.

Adakah seseorang seperti itu? Mungkin. Waktu adalah sebaik-baiknya jawaban dari segudang pertanyaan.

Echi Sianturi
Bandarlampung, 20 Maret 2014 00:30
Di tengah penat dengan tugas

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate