Bintang Sirius dan Kita ~
June 06, 2014
“Malam ini bintang berhamburan di angkasa. Petikkan satu
untukku yah!”, wanita yang menginjak kepala dua itu memandang keatas langit, sembari tangan
mungilnya menunjuk kearah bintang yang berhamburan. Angin malam nan dingin tak
menyurutkan mereka untuk menjalin romansa manis di tengah malam berbintang.
“Bintang Sirius yah, kamu mau?”, ujar lelaki di sampingnya.
Lelaki itu diam sejenak, dia menghembuskan nafas pelan. “ Akan aku ambilkan
bintang paling terang untukmu. Bintang Sirius adalah bintang paling terang
diantara jutaan bintang yang ada di langit. Agar kelak bisa menjadi cahaya kita
di dunia dan kehidupan setelah dunia, itu tetap di sisi kita manisku”.
Wanitanya tersenyum simpul, wajahnya merona merah mendengar
ungkapan yang baru saja di lontarkan oleh lelaki yang dia cintai. Jantungnya
berdebar hebat, beradu dengan gemirisik angin malam yang datang dan pergi.
“Akan kuberikan bintang padamu seorang, sebagai tanda hati.
Bintang yang terindah dan tak pernah pudar juga setia menemani. Untuk kita kelak,
membangun cahaya mimpi kita sampai tua nanti”. Lelaki berkacamata tersenyum
penuh arti. Dibelainya lembut kepala wanitanya. Dua hati yang dahulu terpaut
jarak kita menyatu dalam kesederhanaan serta pengabdian.
“Kita bangun kerajaan cinta kita sendiri yah. Kita bangun
Planet Jeto, dimana hanya ada kedamaian disana”, ungkap wanita penuh optimis.
Lelakinya tertawa renyah, di cubitnya dengan gemas pipi
wanitanya. “Iya putri Jeto. Kita bukan malaikat yang datang dengan membawa
cahaya. Tapi,kita akan sama-sama mencoba melakukan sebuah perubahan kecil.
Berbagi, membangun peradaban manusia yang lebih tertata”.
“Jadi, kapan kamu mau mengambilkan Bintang Siriusnya
untukku?”, Tanya si wanita penuh harap. Matanya menatap jahil lelakinya,
kemudian mengambil dengan tangkas kacamata yang bertengger di hidungnya. “Aku
rasa jika aku mengambil kacamatamu, kamu akan kewalahan dan kesulitan untuk
mengambilnya Bintang Siriusnya untukku”, wanita tersebut tertawa penuh
kemenangan. Ditatapnya lelakinya dengan penuh rasa bahagia. “Bagaimana? Apa
kamu akan tetap mengambilkan Bintang Sirius untukku? Sedangkan kau tidak dapat
melihat sekelilingmu?”, tantang sang wanita.
“Aku tak memerlukan kacamata untuk melihat cahaya dari
Bintang Sirius, cahayanya begitu terang hingga aku tak membutuhkan kacamata
lagi untuk mengambilnya. Bintang Sirius itu ada di dalam hati kita
masing-masing. Dapatkan kau rasakan begitu terangnya cahaya yang kita bangun
bersama? Mimpi-mimpi, cita-cita kita. Semua menjadikannya semakin terang. Rasa
kasih sayang, hormat-menghormati, semua berpadu menjadi satu membentuk komponen
cahaya yang bahkan akan lebih terang dari Sirius”. Lelaki memandang kearah sang
wanita dengan pandangan yang rabun dia berjalan perlahan mendekati wanita, dan
mengambil kacamata yang tengah dia pegang erat-erat.
“Berjanjilah. Apapun yang terjadi, tetaplah disisiku dan
kita bangun cita-cita kita bersama. Sampai rambut kita memutih, sampai gigi
kita banyak yang tanggal, sampai kita kelak tak mampu beranjak sendiri dari
tempat tidur”, ujar lelaki perlahan. Diraihnya tangan wanitanya, jari
kelingking mereka menyatu. Berjanji di tengah pancaran bintang.
“Aku berjanji demi cita-cita yang tlah kita bagi bersama”…
Echi Sianturi
Kotabumi, 4 Juni 2014
Tetap percaya dengan kekuatan doa yaah :)
0 comments