Fluktuasi Kehidupan ~
November 24, 2014
Hidup
memang nyatanya berfluktuasi.
Dimana
kenyataan tak selalu sama dengan apa yang dipikirkan. Selama masa perenungan
dalam hari-hari yang semakin lama semakin terasa berat dijalankan. Beban
dipundak terasa mencekal kaki untuk terus menitih jalan kehidupan. Bukan karena
apa-apa, hanya karena merasa kehidupan tak lagi senikmat seperti masa kecil.
Dimana tak dijumpai sedemikian kompleks intrik kehidupan yang penuh lika-liku.
Selalu berfluktuasi kehidupan kini. Dewasa ini, idealism menjadi barang mahal.
Dimana kalian tak akan semudah itu menemukan seorang yang benar-benar memegang
teguh pada pendiriannya. Seorang yang tahan banting, seorang yang dengan
lantang mengatakan kebenaran menjadi kebenaran yang hakikat. Dan mengatakan
lantang bahwa ketidakadilan memang selayaknya dibumihanguskan dari kehidupan
bermasyarakat. Namun, lagi-lagi seorang yang seperti itu bagaikan punguk
merindukan bulan seperti pepatah kuno.
Hidup
akan semakin berfluktuasi ketika kau mendekati fase dimana kau dan lingkunganmu
tak sejalan. Dimana perbedaan pemikiran menjadi hal yang lumrah, hal yang
sangat lumrah. Ketika hati harus berdamai dengan keadaan yang tidak sesuai
dengan apa yang engkau dambakan untuk dibangun selama ini dalam perenungan
malammu. Hidup akan menemukan estetikanya ketika kau merasa tak nyaman dengan
kehidupan. Disitulah letak seni kehidupan. Karena bukan hidup namanya jika
semua normal-normal saja. Seperti sudah dikodratkan bahwa setiap hal memiliki
dua sisi yang bertentangan, kontradiktif satu sama lainnya.
Mengeluhpun
tak ada guna. Hanya akan menambah kekesalan hati akan kehidupan yang tak dapat
kita tebak apa yang akan terjadi esok hari, bahkan satu detik kemudia tak ada
satupun yang dapat menerkanya. Estetika dari kehidupan adalah ketika kau
bejalar bahwa hidup tak akan selamanya mulus, dan menghayatinya sebagai bagian
dari peran yang harus kau jalani sampai nanti. Hingga waktu di dunia habis, dan
peran di dunia sukses diperankan. Meminta agar hidup tak berfluktuasi sama saja
menghidupkan api dalam air. Sia yang didapat hanya kekecewaan yang semakin
hebat melanda batin. Nikmati saja kawan, karena semakin menikmati hidup akan
semakin mengerti keindahan nilai estetika dari kehidupan itu sendiri.
Hidup
pun tak lepas dari masalah hati. Masalah yang acapkali membuat gundah gulanda.
Perenungan yang cukup panjang dalam malam-malam sunyi. Cinta tak lepas dari
kehidupan, dan lagi-lagi Tuhan menciptakan manusia yang dibekali rasa cinta
didalam hatinya. Berkah dari Tuhan yang sangat luar biasa. Hati berfluktuasi,
dimana akan tiba saatnya jantungmu berdebar hebat, darahmu mengalir dengan
cepat lewat pembuluh nadi, dimana kadang airmata menjadi teman disaat kau
merasakan perih yang menusuk dihati. Seperti disayat sembilu sakitnya, seperti
luka merah nan menganga yang terkena air. Tak ada satu orangpun yang mampu
menyangkal rsa cinta. Dan tak ada yang dapat mencegah rasa cinta, walaupun
mungkin sakit yang didera luar biasa menyayat.
Hidup
berfluktuasi berbeda ritmenya setiap saat. Kau diatas, aku dibawah. Beberapa
saat kemudian aku diatas dan kau dibawah. Jadi, siapa yang dapat menerka
fluktuasi dalam kehidupan ini? Airmata, canda tawa, kesedihan, kekecewaan,
kegelisahan, kemarahan, rasa yang Tuhan berikan menjadikan manusia sebagai
makhluk yang sempurna.
Echi Sianturi
Bandarlampung, 24
November 2014.
0 comments