Antara Hijab dan Seni Peran

February 07, 2015

Juara 2 Festival Teater Remaja IV 2014. Kategori Aktor Terbaik, Aktris Terbaik, dan Pemain Pembantu Terbaik.

Sudah hampir tujuh tahun saya menggeluti dunia seni peran, sejak saya masih duduk di bangku kelas Dua Smp. Betapa senangnya saya kala itu, ketika mengetahui ada sebuah Ekskul baru yakni Teater. Saya masih ingat benar, peran pertama saya sebagai seorang Bidadari dalam lakon "Jilbab". Teater Bening merupakan langkah awal saya merentas mimpi di dunia seni peran. Berbekal harapan dan semangat saya terus giat berlatih, dan mulai menemukan dunia baru.

Saya sebenarnya adalah anak perempuan yang pemalu, bahkan sangat pemalu. Ketika guru meminta saya untuk mengerjakan soal di depan, tetiba saya langsung saja gugup. Bahkan tak jarang saya tidak dapat mengerjakan soal karena terlalu gugup. Saya sempat berpikir apakah dengan sifat pemalu saya ini dapat menjadi seorang yang berhasil di dunia seni peran?


 Rekan-rekan Teater Empat

Perlahan Teater mengubah saya menjadi seseorang yang lebih percaya diri. Satu hal yang paling menyenangkan, tepuk tangan dari para penonton. Hal tersebut membuat saya bahagia, terbayar sudah semua letih dan lelah setelah berlatih dan berlatih. Apresiasi dari penonton, hal itulah sesungguhnya yang saya inginkan. 

Waktu pun membuka tabirnya, Hidayah datang atas izinNya. Ketika saya mulai memasuki bangku perkuliahan, saya mulai mengenakan Hijab. Hijab sebagai simbol seorang muslimah. Saya pun sempat gamang dan berpikir ulang. Apakah ketika saya mengenakan hijab, saya akan tetap dapat terjun di dunia seni peran yang sangat saya sukai ini?

Lakon "Sang Mandor"


Saya meyakinkan diri bahwa Hijab bukanlah menjadi penghambat untuk terus berkarya. Dengan berhijab saya akan tetap melakoni seni peran, dan saya berusaha membuktikan hal tersebut. Meskipun hanya peran-peran tertentu saja yang dapat saya mainkan.

Rekan-rekan Teater Gateko

Kewajiban berhijab diturunkan untuk melindungi para muslimah dari fitnah. Namun, bukan berarti membatasi ruang gerak untuk terus berkarya dan maju kedepan. Ada satu hal yang saya pelajari, ketika mengambil sebuah keputusan besar. Yakinlah, ada sebuah jalan lain yang telah Tuhan siapkan. Apakah ketika saya memakai hijab saya berhenti dari dunia seni peran? Tentu saja tidak, saya tetap menekuninya walau tak sesering dahulu.

Acapkali saya sering mendapatkan cibiran dari orang lain yang mengatakan bahwa seorang wanita berhijab tidak pantas untuk bermain Teater. Benarkah? Saya tidak peduli dengan hal tersebut. Bukankah Helvy Tiara Rosa juga sangat menyukai dunia seni peran? Lalu dimana letak ketidakpantasannya? Selagi saya tidak mengumbar aurat dan tetap setia mengenakan hijab ketika pentas, saya rasa hal tersebut sah-sah saja untuk dilakukan

 Liga Teater Remaja 2011 di Taman Budaya Lampung. Lakon "Lena tak Pulang"  (Kategori Aktris Terbaik dan Aktor Pembantu Terbaik)

Antara Hijab dan Seni Peran, sesungguhnya tak ada jarak diantara keduanya. Seorang wanita berhijab tetap dapat melakoni seni peran, tentu saja sesuai dengan batasan-batasan normal. Selagi dapat memilah mana yang baik dan yang tidak baik, mana yang pantas dan tidak pantas.Seni peran dapat menjadi sarana penyampai pesan yang efektif. Sarana dakwah yang menyenangkan dapat saya katakan, tanpa terkesan menggurui bahkan menghibur kita dapat menyisipkan pesan dalam setiap pementasan.




Lakon Ivanoff karya Anton Chekov

Terimakasih saya hanturkan kepada para guru Teater saya mulai dari SMP hingga saat ini. Ibu Dian, Pak Cik Sukabri, Kak Yoseph, Mr.Andhika. Serta teman-teman seperjuangan Teater Bening, Teater Empat, Teater Gateko, ACT (Art Comunitty of Teknokrat), dan Sangkar Mahmud STKIP Muhammadiyah Kotabumi. Satu hal yang masih saya kejar saat ini, pentas di Taman Ismail Marzuki. Semoga semesta mendukung, dan Tuhan memudahkan jalan. Aamiin

@echisianturi
Penulis lepas

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate