"Molo naeng ho martua di tano on, pasangap me
natorasmu."
Artinya: Jika kamu ingin berbahagia. di dunia ini, hormatilah
orang tuamu.
Orang
tua merupakan orang yang sangat berjasa dalam kehidupan kita. Ayah dan ibu
menyayangi kita tanpa lelah hingga kita dewasa. Setiap agama dan setiap suku sudah
dapat dipastikan mengajarkan kita untuk menghormati, menyayangi dan berbakti
orang tua kita apalagi dengan orangtua yang memasuki kehidupan senja.
Tak
ada batasan waktu untuk mencintai orangtua kita, hingga nanti kedua orang kita
meninggal, dikubur dibalik tanah. Tak ada satu orangpun yang dapat menyangkal
bahwa kasih sayang mereka akan tetap terasa didalam setiap denyut nadi kita
walau mereka sudah tak ada disisi kita lagi. Semua orang ingin bahagia, semua
orang ingin menjadi kaya, semua orang ingin memiliki kedudukan tinggi di dunia
ini, semua orang ingin menjadi orang terpandang yang dihormati. Namun, apakah
keinginan tersebut dibarengi dengan rasa hormat kita terhadap orang tua?
Dewasa
ini tidak dipungkiri lagi banyak manusia yang melupakan tata karma mereka
kepada orang tua mereka. Berita di televisi pun semakin marak, berita tentang
anak yang tahu diri membuang orang tua mereka yang sudah tua dipinggir jalan
atau berpura-pura tak mengenali orang tua mereka lantaran mereka sudah menjadi
orang sukses seperti legenda malin kundang.
Apa
yang sesungguhnya orangtua harapkan dari anaknya? Anaknya yang dulu masih bayi
merah, yang hanya dapat menangis ketika kehausan, yang hanya dapat menangis
ketika kelaparan, yang hanya dapat menangis ketika mereka mengompol, yang
hanya dapat menangis ketika kepanasan. Bayi mungil yang tak berdaya, hanya
dapat menangis. Ingatkah kita bahwa orang yang selalu menjaga dan selalu ada
untuk kita adalah orang tua kita, bukan orang lain. Dan malangnya ketika kita
sudah beranjak dewasa kita melupakan hal tersebut. Berlagak sok hebat dengan perusahaan
yang kita bangun, perusahaan yang memiliki omset milyaran. Namun, tak ingatkah
bahwa semua itu ada campur tangan do’a dan dukungan dari manusia yang kita
sebut sebagai orangtua.
Hormatilah
orangtuamu, semua demi keselamatanmu di dunia dan di akhirat. Jika kamu ingin
bahagia, maka bahagiakanlah kedua orang tuamu. Niscaya Tuhan akan memberikan
berkah yang berlimpah kepada kehidupanmu. Ada yang mengatakan bahwa restu orang
tua adalah restu Tuhan. Tuhan begitu meninggikan derajat orang tua, hingga
mengucapkan kalimat yang tinggi saja atau berkata “Ahh”, sudah dihitung sebagai
permulaan dari durhaka terhadap orang tua.
Jika
saya memposisikan diri sebagai orang tua, alangkah bangga dan bahagianya mereka
jika memiliki anak yang menghormati mereka bagaimanapun keadaan mereka. Saya
akan merasa bahagia, begitu bahagia perjuangan membesarkan buah hati dari kecil
hingga dewasa dibalas oleh anak. Meskipun, orangtua tak pernah mau dibalas
semua perjuangan meraka. Karena sesungguhnya yang mereka harapkan adalah anak
mereka menghormati dan memperlakukan meraka dengan kasih sayang sebagaimana
mereka memperlakukan kita dengan penuh belas kasih.
Jika
kita cermati begitu banyaknya perjuangan orang tua membesarkan kita. Mulai dari
dalam rahim, ibu mengandung kita didalam rahim mereka selama 9 bulan. Bukan hal
yang mudah menjadi seorang ibu. Hamil, membawa seorang calon bayi didalam
rahimnya. Berat badannya semakin bertambah, dan kadangkali terasa mual dan
muntah hingga makanpun terasa tak enak. Kita kadang nakal, sesekali menendang
perut ibu dan membuat mereka merasa nyeri didalam rahim mereka. Apakah ibu
mengeluh? Tidak, dia malah tersenyum dan mengatakan, “Kamu sudah besar yah nak,
sudah bisa menendang ibu”.
Suku
batak atau Sumatera Utara menomorsatukan orang tua sebagai prioritas utama
dalam hidup yang harus mereka pegang teguh. Bukan hanya sekedar adat istiadat
atau filsafat hidup dalam masyarakat adat batak. Namun, lebih kepada rasa bakti
terhadap orang yang telah membesarkan sedari kecil. Dan saya rasa bukan hanya
orang batak yang memegang teguh filsafat hidup tentang menghormati orang tua
ini. Semua suku mengajarkan bahwa kita harus menghormati orang tua sebagai
permata dalam kehidupan.
Begitu
pun dari segi agama, Tuhan memuliakan derajat orang tua disisiNya. Agama
apapun, Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lain-lain. Bukan tanpa alasan mengapa
Tuhan begitu memuliakan orang tua. Namun, pasti terlintas di benak kita.
Mengapa Tuhan memuliakan orang tua? Padahal kita dan orang tua sama-sama
manusia, makhluk ciptaannya yang sama-sama hidup, yang sama-sama bernafas?
Mengapa?. Karena orang tua merupakan tangan Tuhan di dunia ini. Tuhan
mengirimkan kebaikan-kebaikanNya melalui kasih sayang orang tua kita.
Filsafat
kehidupan yang sangat sakral, tentang orang tua. Mengingatkan kita agar tak
terlalu terlena dengan gemerlap dunia yang terkadang melenakan. Membuat kita
lupa akan dunia yang hanya tempat singgah sejenak sebelum masuk ketahap
kehidupan selanjutnya yang kekal kelak. Menghormati orang tua lagi-lagi hal
yang harus kita ingat dan kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Dan ingatlah
tanpa meraka kita tak akan tumbuh hingga sukses seperti sekarang. Seperti yang
selalu kita inginkan.
Filsafat
bukan hanya mengajarkan kita untuk berpikir secara kritis, namun berpikir
tentang seluk beluk kehidupan yang kadang kali kita lupakan ketika sudah
bergulat dengan kesibukan masing-masing yang menyita waktu. Filsafat kehidupan
merupakan salah satu pandangan hidup disamping
kitab suci yang dapat kita jadikan sebagai pedoman, tolak ukur dalam
menjalani kehidupan. Masyarakat batak memegang teguh adat mereka tentang menghormati
orang tua. Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang mampu menjaga
perasaan, menghormati kedua orangtuanya.
Saya
analogikan secara sederhana mengenai filsafat hidup orang batak mengenai
menghormati orang tua. Anggap saja saya sebagai orang tua. Saya sudah
mengandung calon bayi selama 9 bulan. Dan ketika sudah Sembilan bulan, anak
tersebut lahir. Saya melahirkan dengan bersusah payah, pengorbanan nyawa. Melahirkan
merupakan pengorbanan antara hidup dan mati, proses melahirkan tidak dapat diremehkan.
Karena jika terjadi sedikit saja kesalahan maka akan terjadi hal yang tidak
diinginkan. Seperti ibunya yang tidak selamat atau bayinya yang tidak selamat.
Bukan
hanya itu saja, melahirkan hanya tahapan awal oleh seorang ibu dalam
membesarnya bayi, anak yang dicintainya. Kedua orang tua bersusah payah
mencarikan nafkah agar anaknya dapat terpenuhi gizinya. Agar kelak tumbuh
menjadi anak yang sehat, anak yang riang yang dapat tertawa lepas dan berlari
kencang bersama dengan teman-temannya. Apakah hanya itu saja? Tentu saja tidak.
Hal tersebut hanya segelintir saja hal yang mereka lakukan untuk anak
tersayangnya. Begitu mereka mencintai, menyayangi anaknya hingga kadang mereka
rela tak makan agar kita dapat makan dengan lahap dan kenyang, agar kita tak
kelaparan. Apakah mereka mengeluh? Mereka bahkan tersenyum melihat kita makan
dengan lahap menghabiskan semua makanan. Meskipun tak ada sisa makanan yang
dapat mereka makan lagi.
Dan
ingatkah kita saat sudah beranjak remaja? Ketika kita sudah mengenal dunia.
Mulai mengenal dunia luar, kita bermain bersama teman-teman bahkan kita sampai
lupa makan siang dan pulang kerumah. Padahal kedua orang tua kita menunggu di
rumah dengan cemas. Menanti anaknya pulang dan makan siang bersama mereka
seperti biasanya. Kita lupa dahulu sebelum kita dapat bermain bersama
teman-teman, berkeliling kesana kemari. Merekalah orang pertama yang mengajari
kita bagaimana caranya berjalan. Langkah demi langkah kecil, kita berjalan
tertatih, kemudian terjatuh dan menangis. Mereka tidak pernah marah dengan kita
meskipun kita baru dapat berjalan satu atau dua langkah. Mereka dengan begitu
tulusnya tersenyum dan menghibur kita dengan mainan baru agar kita tak menangis
lagi.
Dan
kedewasaan merenggut anak mereka secara perlahan. Waktu dan jarak memisahkan
kita dan kedua orang tua kita. Alasan kita sedang sibuk, sedang banyak
pekerjaan. Bahkan hanya sekedar memberikan kabar, sekedar menulis pesan singkat
atau menelepon mereka kita tak sempat. Bukan tidak sempat namun tak ingin
menyempatkan diri walau hanya sebentar. Pekerjaan dan ambisi akan kesuksesan
membutakan mata kita bahwa ada hal lain yang lebih penting yang harus kita
ingat, orang tua.
Orang
tua tak berharap anaknya menghormati mereka seperti raja ataupun prajurit.
Menghormati tak harus dengan membungkuk hormat, memberikan uang yang berlimpah
atau semacamnya. Menghormati berarti mencintai, menyayangi, mengasihi kedua
orang tua. Menyempatkan diri bersama mereka, meluangkan waktu untuk kedua orang
tua. Berbincang dengan mereka, bercanda atau hanya sekedar menanyakan kabar
mereka. Kelak jika Tuhan sudah mengambil nyawa kedua orang tua kita. Kita tak
dapat melakukan hal-hal yang dapat menyenangkan hati kedua orang tua kita.
Menghormati
kedua orang tua berarti selalu menyelipkan nama mereka didalam doa-doa kita. Mencintai
mereka sebagaimana mereka mencintai kita sedari bayi sampai dengan dewasa. Tak
aka nada habisnya jika berbicara akan kebaikan dan ketulusan orang tua. Beribu
kata, berjuta bintang, ataupun luasnya dunia tak akan ada yang mampu mewakili
cinta kasih kedua orang tua kita selama ini. Menghormati kedua orang tua bukan
hanya filsafat adat batak, atau filsafat kuno yang sejak dahulu ada.
Menghormati orang tua bukanlah sekedar ilmu semata, menghormati orang tua
berarti kita mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bahagia
tak ada artinya jika kedua orang tua kita tak merestui. Bahagia di dunia tak
ada artinya jika hati kedua orang tua kita telah tersakiti oleh tingkah kita
yang membuat mereka mengelus dada. Lagi-lagi bahagia di dunia merupakan hal
yang paling banyak orang-orang raih dalam kehidupan mereka. Tak ada satu
orangpun yang ingin hidupnya susah, penuh dengan tekanan baik batin maupun
materi. Dan tak ada satupun orang yang menginginkan airmata, duka dalam kehidupan
mereka.
Menghormati
kedua orang tua adalah pintu menuju kesuksesan. Lagi-lagi, saya teringat dengan
ungkapan lama yang berbunyi, “Restu orang tua adalah restu Tuhan”. Jika hati
kedua orang tua kita tersakiti, maka Tuhan pun akan geram terhadap kita. Sesama
manusia harus saling menghargai satu sama lainnya. Setiap individu memiliki hak
yang sama untuk menghormati dan dihormati. Setiap orang ingin hatinya terjaga
dari rasa sakit hati karena tidak dihormat oleh sesama. Kita saja harus saling
menghormati satu sama lainnya, apalagi menghormati orang tua yang merupakan
orang yang paling berpengaruh dalam kehidupan kita selama ini? Jika kita ingin
bahagia di dunia maka hormatilah kedua orang tua kita. Ini bukan hanya sekedar
kita ingin bahagia semata, namun ini merupakan cara kita mencintai orang yang
lebih mencintai kita. Menghormati dan mencintai orang tua berarti mencintai
Tuhan yang telah menciptakanmu.
***
@echisianturi
Tulisan ini sebenarnya
untuk tugas Sejarah Pemikiran Modern :v
0 Comments