Menjawab Gundah

August 20, 2015

Menjawab aroma gundah gulanda dari bilik hati yang tengah terluka di ujung jalan. Mengapa matamu menjadi sendu dan bulir-bulir kesedihan menungkik tajam dari dua bola mata indahmu? Apakah rasa yang kau sebut-sebut 'cinta' itu begitu memilukan?

Disini tak ada yang mampu aku jelaskan. Karena aku sama saja sepertimu, layaknya dua sisi mata uang yang bersebelahan. Apa kau pernah membaca puisi manis dari seorang Sapardi Joko Darmono 'Aku Ingin'?. Baca dan kemudian resapilah setiap aksara yang diramu bersahaja. Sebegitu sederhanakah cinta? Hingga dalam salah satu bait puisinya Sapardi mengungkapkan bahwa ia akan mencintai hingga kayu kepada api menjadikannya abu. Sebuah bentuk penyatuan abadi antara kayu dan api. Diawal terasa sakit, sama-sama terbakar kemudian menyatu setelah melalui proses yang panjang.




Aku ingin mencintaimu Dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat Diucapkan kayu kepada api Yang menjadikannya abu..

Aku ingin mencintaimu Dengan sederhana Dengan isyarat yang tak sempat Disampaikan awan kepada hujan Yang menjadikannya tiada
(Sapardi Joko Darmono, 'Aku Ingin')

Engkau yang masih bersedih ketika kehilangan seseorang yang kau cintai, percayalah seorang yang lebih merugi adalah seorang yang meninggalkan seseorang yang amat mencintainya. Lalu mengapa masih kudapati aroma kesedihan dari ujung jalan sana? Engkau hanya belum menemukan api yang cocok untuk menjadikan kayumu terbakar kemudian menjadi abu lalu menyatu. 

Jika engkau menanyakan kepadaku, apakah aku pernah menemukan api yang kurang tepat. Jawabannya adalah 'Ya', Ya aku pernah menemukan api yang terlihat serasi untuk membakar kayuku. Aku pernah hampir terbakar namun lantas tak menjadikannya abu. Kayumu hanya setengah terbakar, tak sempat menyatu karena takdir tlah berkata lain.

@echisianturi

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate