Senja Tak Jingga
January 16, 2016
“Aku tak dapat menyalahkan waktu, ketika senja kini sudah tak jingga lagi…”
Ada aroma sesak yang menggembiri
dihati saat ada bayangan yang nampak, mengukir didalam dinding hati nan
rapuh. Entah, apa itu? Bukan dia, dia atau dia yang terbayang. Bukan
mereka yang selalu aku temui setiap pagi, menyapaku dipinggir jalan
diantara aroma ayam yang harum, bukan mereka.
Tak mampu kuterka pasti, nampak tak
kuinginkan. Segan, aku segan jikalau harus mengingat kembali tentangnya.
Luka itu sudah lama aku tenggelamkan, asam garam sudah tak kurasa lagi.
Proses melupakan yang hampir serumit tata bahasa yang aku pelajari,
entahlah. Kau ingin aku mengingat yang lalu? Mengingat kepada masa
pembodohan terhadap diri sendiri selama waktu yang bergulir. Tak mampu
menyalahkan waktu, aku hanya dapat mengikutinya sejalan, seirama detak
sesuai kodratnya.
Jika senja kini tak jingga lagi, jangan
engkau menyalahkan langit. Bukan langit yang salah, bukan pula senja
yang memudar. Bukan salah alam, bukan pula salahmu. Padaku, salahku yang
membiarkan senja tak lagi jingga. Aku hanya ingin menggelandangkan pada
langit yang baru, bukan pada langit yang dahulu saat masih bersamamu.
Senja sudah tak lagi jingga ketika bersamamu lagi…
@echisianturi
0 comments