Membumikan Langit

February 03, 2016


Aku tengah memahami bagaimana caranya membumikan langit. Darimu secuil demi secuil rahasia akan dunia sedikit tersibak tirainya. Hal-hal yang dahulu terasa abu-abu semakin jelas terlihat, putih atau hitam. Meski, tak semua mampu terungkap jelas, namun syair-syair yang kau bacakan ditengah dinginnya malam membuat aku tegar. Darimana asalnya sebuah mimpi, darimana cinta dalam hati, darimana datangnya kepedihan karena menanggung sakit hati.

Kamu mengaku kepada diriku sebagai anak langit. Utusan dari langit yang nantinya akan membersamaiku. "Mari, kita sama-sama belajar untuk membumikan langit", ujarmu. Kau langit dan aku bumi. Kata mereka dua hal tersebut tak dapat menyatu, benarkah? Lambat laun kusadari jika membumikan langit memang tak semudah, tak senikmat seperti yang ada didalam benakku. Sekuat hati aku meneguhkan mimpi agar senantiasa utuh agar terus melangkah bersamamu. Sayang, kau semakin tinggi kemudian menjauh dari tatanan langit yang kujamah selama ini. Aku terlalu jauh, kau terlalu tinggi untuk kuraih.

Akh, memang benar adanya. Membumikan langit mungkin hanya sekadar cerita dongeng yang ditulis untuk menyenangkan hati saja. Kau tahu, mungkin dua insan yang tak mampu bersatu layaknya bumi dan langit. Suatu saat, suatu hari nanti. Pada suatu ketika yang telah lama kita idamkan, dimana tak ada jarak antara kita. Dua hati yang terpaut satu, akan melebur. Membumikan langit, menyatukan dua perbedaan. Meski tak menyatu utuh, hanya sekenanya kemudian melancong pergi. Tak apa, setidaknya usaha tak akan ada yang berkhianat. Kau pergi menjauh dari tatanan langit yang kukenal selama ini, aku akan tetap disini. Menanti dengan hati tenang dibumi yang kupijak. Menatap langit jauh keatas, berdoa agar tiang-tiang langit merunduk kebumi. Menghadiakan sepotong hati dari anak langit yang tulus.

@echisianturi
Bandar Lampung, kamar kost yang baru.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate