Tatap Punggungku

February 23, 2016


Sekali ini biarkan engkau menatap punggungku dari kejauhan. Karena aku tlah lelah berada jauh dibelakangmu. Berlarian, mengejar, berjuang seorang diri. Tak ada niat apapun, aku hanya sudah lelah. Menatap punggungmu sembari menahan luapan airmata yang luruh, meratapi nasib yang tak mampu kucegah lajunya. Dan kau hanya terdiam di bawah pohon saat senja hari. Dimana lantunan musik dari arah panggung teater masih dapat kudengar gemanya.
Tatap punggungku dari kejauhan, rasakan perihnya melihat, melambaikan tangan pada punggung yang bisu. Aku tak ingin lagi terlena pada indahnya buaian masa depan yang abu-abu. Sesungguhnya kini, punggungku segera ingin melancong jauh darimu. Membatasi diri dengan jarak yang paling terjauh. Bisakah kau menatap punggungku dengan seulas senyum dan tanpa rasa penyesalan?

Jalanku dan jalanmu kini sudah tak sama lagi. Kau yang memilih, dan aku dengan senang hati menerima keputusanmu. Bukankah cinta selalu berusaha membahagiakan? Bahagia seperti apa, aku pun masih tak paham. Mungkin saja bahagia melepaskan hal yang lalu. Tatap punggungku, sebentar lagi angin sore akan melenyapkanku. Aku akan memandangi langit dari tempat terbaik sejenak saja, mengantongi keindahan demi keindahan yang semu. Lalu, biarkan punggungku berangsur menjauhimu.

@echisianturi
Kotabumi, 23 Februari 2016

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate