Kisah Icarus dan Usaha Untuk Melampaui Batas

August 02, 2016

The Fall of Icarus, 17th century, Musée Antoine Vivenel


Alkisah pada zaman Yunani Kuno hiduplah seorang seniman terkenal dan berbakat bernama Daedalus. Ia mempunyai anak laki-laki bernama Icarus. Mereka berdua hidup pada masa pemerintahan Raja Minos. Suatu ketika sang raja memerintahkan Daedalus untuk membangun sebuah labirin untuk mengurung anak tirinya, Minotaur. Minotaur adalah makluk setengah manusia setengah banteng yang lahir dari rahim istrinya dan banteng Kreta.

Labirin yang dibuat oleh Daedalus rumit dan menyesatkan sehingga siapapun tak akan mudah untuk keluar dari labirin tersebut. Setelah Daedalus selesai membangun Labirin, Raja Minos tidak ingin ia membocorkan rahasia labirin kepada orang lain. Maka sang raja pun memenjarakan Daedalus bersama puteranya, Icarus di sebuah pulau terpencil.

Mereka pun tidak tinggal diam dan hidup selamanya di penjara. Setiap saat mereka memikirkan bagaimana caranya melarikan diri. Daedalus melihat burung-burung beterbangan. Ia pun berpikir, "Bagaimana burung dapat terbang dengan sayap mereka? Alangkah bebasnya mereka di angkasa".

Akhirnya ayah Icarus memutuskan untuk membuat sepasang sayap untuk dirinya dan anaknya. Mereka mengumpulkan bulu-bulu burung dan membentuknya menjadi sebuah sayap yang besar. Mereka menggunakan lilin untuk merekatkan bulu-bulu burung agar tidak lepas. Kemudian mengikat sayap itu pada bahu dan lengan mereka. 

Mereka mencoba sayap-sayap itu dan ternyata berhasil! Mereka terbang!

Sebelum terbang Daedalus memperingatkan Icarus terlebih dahulu, "Anakku, ingatlah, kau tak boleh terbang terlalu dekat ke laut, karena aku khawatir kau akan jatuh ke air dan tenggelam. kau juga jangan terbang terlalu tinggi. Bila kau terlalu dekat pada matahari, lilin pada sayapmu akan leleh dan bulu-bulu ini akan terlepas dan kau akan terjatuh ketanah".

"Tenang saja ayah, aku akan berhati-hati", ungkap Icarus kepada sang ayah.

Mereka pun berangkat, pada awalnya semua berjalan lancar. Mereka terbang di atas  laut yang luas dan langit yang biru. Lama-kelamaan jiwa muda Icarus bergejolak, ia bosan hanya terbang lurus saja. Ia mulai bermain-main dengan sayapnya, terbang naik turun. Icarus terbang rendah hingga hampir menyentuh laut kemudian terbang tinggi, sangat tinggi menantang matahari.

Daedalus terus mengingatkan Icarus agar tetap terbang dengan stabil. Namun, Icarus tetap saja terbang tinggi, terlalu tinggi hingga sayapnya meleleh karena matahari. Beberapa bulunya terlepas, ia terbang rendah namun terlambat bulu sayapnya satu demi satu terlepas. Sayapnya tak mampu lagi menopang berat tubuhnya, dan Icarus pun jatuh ke dan mati tenggelam di laut Aegea.

***
Banyak orang yang memaknai kisah Icarus sebagai kisah yang menyedihkan dan berakhir tragis. Sebuah kisah tragis karena sebuah pemberontakan terhadap nasihat. Beberapa pihak mengartikan Icarus sebagai sebuah bentuk kesombongan. Sikap Icarus yang tidak mematuhi perkataan Daedalus dianggap sebuah bentuk pembangkangan dari seorang manusia yang telah memperoleh kekuatan. Sebuah bentuk pembangkangan yang berakhir kepada kematian yang tragis, jatuh dari langit yang tinggi ke dasar laut yang gelap dan dalam.

Bolehlah banyak yang beranggapan jika kisah Icarus merupakan kisah tragis yang diakibatkan dari kesombongan. Namun, saya ingin mengulas kisah terkenal Yunani ini dari sisi lain. Dari sisi heroik, gejolak muda dari seorang anak bernama Icarus. Icarus bukan tak tahu konsekuensinya ketika ia terbang tinggi menantang matahari, ia sadar sayapnya akan meleleh dan jatuh kedasar laut yang dalam. 

Sosok Icarus yang diceritakan dalam mitologi Yunani ini mengingatkan saya pada sebuah usaha untuk melampaui batas. Batas seperti apa yang dimaksud? Batas ketidakmungkinan yang menghalanginya untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi. Daripada mengikuti standar "terbang stabil" yang diminta oleh ayahnya, Icarus lebih memilih untuk terbang sesuai dengan keinginannya sendiri. Mengekploitasi kebebasan yang ia punya dan memilih jalur yang tak biasa, sesuatu hal yang mungkin tak terpikirkan oleh orang lain meskipun tahu resiko yang akan dihadapi kelak.

Contoh sederhana saja, seperti yang tengah saya hadapi saat ini. Seorang mahasiwa tingkat akhir yang tengah berkutat dengan skripsinya dan dihadapkan oleh berbagai pilihan. Apa yang akan dilakukan setelah saya menyelesaikan kuliah? Menikah, melahirkan serta membesarkan anak, kemudian menua tanpa melakukan sesuatu hal yang luar biasa. Tidak. Saya tidak memilih kehidupan yang biasa-biasa saja seperti itu. Sama seperti Icarus, hal yang harus dilakukan adalah terus berusaha untuk melampaui batasan, menjadi manusia luar biasa.

Saya terkadang membayangkan menjadi seorang Icarus dengan sayap mampu terbang bebas di angkasa. Terbanglah setinggi mungkin, tersenyum lebar ketika mampu terbang ke puncak tertinggi meskipun harus jatuh. Bukankah jika kau ingin mencapai puncak, kau pun harus siap jika harus terjatuh. Nah, jika kalian menjadi Icarus apa yang akan kalian pilih. Terbang stabil dan normal kemudian hidup biasa-biasa saja di kota lain ataukah terbang menantang matahari dan berusaha melampaui batasanmu dengan kebanggaan?

@echisianturi
Ambil langkah beranimu!

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Total Pageviews

Translate