Kemajuan teknologi yang semakin pesat, tidak dipungkiri memudahkan
kita dalam melakukan banyak hal. Teknologi berhasil menyelamatkan dunia di
berbagai aspek kehidupan. Teknologi dalam kesehatan yang maju membuat banyak
orang terselamatkan dari berbagai ancaman virus yang mengintai. Kini, membuat
vaksin virus tak hanya sekedar mimpi belaka. Disisi lain teknologi dalam bidang
komunikasi memudahkan kita untuk terhubung kebelahan dunia mana pun, tanpa
membutuhkan waktu yang lama.
Kamu yang lahir tahun 1990-an pasti paham sekali, jika teknologi
merupakan keajaiban yang mungkin tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Dulu
untuk mengetahui kabar kerabat saja, kamu harus repot-repot menulis surat dan
mengirimkan via kantor post. Kamu harus menunggu balasan surat selama
berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Sebagai generasi millennials yang
merasakan transformasi teknologi, kamu pasti sadar benar teknologi memang
anugerah yang diberikan pada manusia untuk mempercepat laju pembangunan.
Tetapi, dibalik kemilaunya teknologi abad 21 ini ada sisi kelam yang
membahayakan kamu si melek teknologi. Karena tidak selamanya teknologi membawa
pengaruh positif. Ketika kamu terlena dengan teknologi, secara tidak sadar
teknologi mengendalikanmu. Padahal, teknologi seharusnya dipergunakan sesuai
porsinya, karena apapun yang berlebihan akan berdampak tidak baik. Yuk, kenali
bahaya teknologi sebelum kamu terlalu terlena!
1. Teknologi yang berkembang pesat membuat kamu terlena dengan segala kemudahan yang ada, hingga mau belanja pun kamu malas dan lebih cenderung untuk membeli kebutuhan melalui toko online.
Banyaknya toko
online yang berkembang pesat, membuat kamu lebih cenderung untuk belanja
online. Alasan sibuk serta praktis membuat toko online seketika menjadi
primadona baru di masyarakat. Kamu dapat membeli segala macam keperluan mulai dari
baju, tas, sepatu jam tangan, hingga barang-barang eletronik. Kebiasaan membeli
barang online ini membuat kamu lupa rasanya berkeliling pasar, toko, atau pun
mall. Teknologi begitu memanjakan kamu, hingga tanpa sadar semakin hari kamu
semakin malas bergerak. Jika terus dibiarkan lambat laun kamu akan menjadi lupa
rasanya berpeluh keringat berburu barang yang diinginkan.
Tidak ada salahnya membeli barang secara online, namun jika dibiarkan terus-menerus akan membuatmu semakin konsumtif. Alih-alih ingin serba praktis dan cepat, justru malah akan menguras kantongmu. Apalagi dengan banyaknya diskon yang ditawarkan, membuatmu tak dapat mengontrol diri. Kemudian, membeli barang yang seharusnya tidak begitu kamu butuhkan. Bukankah itu namanya pemborosan yang sia-sia?
Tidak ada salahnya membeli barang secara online, namun jika dibiarkan terus-menerus akan membuatmu semakin konsumtif. Alih-alih ingin serba praktis dan cepat, justru malah akan menguras kantongmu. Apalagi dengan banyaknya diskon yang ditawarkan, membuatmu tak dapat mengontrol diri. Kemudian, membeli barang yang seharusnya tidak begitu kamu butuhkan. Bukankah itu namanya pemborosan yang sia-sia?
2. Media Sosial yang semakin trend
belakangan ini membuat privasi-mu tak ada batasan lagi. Semua orang tahu
seluk-beluk tentangmu.
Instagram, Facebook, Twitter, dan
media sosial lain merupakan bukti kemajuan teknologi. Trend pertemanan pun
mulai berubah seiring dengan perkembangan zaman. Dulu, ketika ingin berkenalan
dengan seseorang kamu harus bertemu dan bertatap muka secara langsung. Namun,
kini kamu tidak perlu bertemu langsung untuk sekedar berkenalan dengan teman baru.
Hanya dengan gadget ditanganmu serta berbagai aplikasi media sosial. Dunia
pertemanan serasa ada di telapak tanganmu.
Media sosial menawarkan pertemanan praktis dan tanpa sekat lagi. Tanpa sadar kamu mulai suka mengumbar segala hal terkait kehidupan pribadimu. Entah sedang sedih, marah, bahagia, kecewa semua perasaan acapkali kamu tuangkan melalui postingan-postingan di media sosial. Privasimu kini nampak abu-abu, kamu tidak lagi peduli mana hal yang harus kamu bagikan mana yang tidak. Privasi seakan menjadi hal langka ketika kamu bermedia sosial. Hidupmu selalu dibayang-bayangin segala hal tentang dunia maya. Alih-alih ingin mendapatkan eksistensi, justru akan berdampak pada psikologismu sendiri.
Selain membahayakan psikologis, terlalu gemar membagikan apapun tentang hidupmu akan memancing orang yang tidak bertanggungjawab diluar sana. Bijaklah untuk tidak memposting hal-hal yang sensitif, berupa tiket perjalananmu, identitas dan lokasi rumah. Terlalu aktif di media sosial membuat imagemu tak menarik lagi. Karena tanpa berkenalan pun orang-orang akan tahu, hanya dengan melihat postingan-postingan media sosialmu.
3. Mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Kamu terlalu fokus dengan gadget dan dunia maya sehingga menjadi tidak aware dengan lingkungan sekitar.
Kapan terakhir kali kamu
berkunjung kerumah teman lamamu? Sebulan atau bahkan setahun yang lalu?
Anggapan menjalin hubungan via dunia maya akan langgeng harusnya segera kamu
tepis. Hubungan yang didasari dengan pertemuan-pertemuan, serta obrolan yang
hangat nyatanya akan lebih terasa langgeng. Ingatkah kamu masa-masa indah
berkumpul bersama keluarga dan teman-teman tanpa adanya gangguan gadget? Semua
nampak fokus dan saling mendegarkan cerita masing-masing. Tertawa bersama tanpa
sibuk mengupdate instastory-mu. Saling menghargai satu sama lain menjadi hal
utama yang kamu junjung tinggi ketika berkumpul.
Kini pemandangan miris dapat kamu temukan ketika berkumpul. Reuni yang dilaksanakan setahun sekali menjadi tidak hangat lagi, karena masing-masing sibuk berkutat dengan gadget. Entah sibuk mengupdate media sosial atau chatting dengan seseorang diluar sana. Kamu pun menjadi tidak aware dengan lingkunganmu, orang-orang yang harus kamu hargai ketika mereka sedang berbicara. Kamu yang semestinya punya quality time dengan mereka justru sibuk dengan duniamu sendiri. Bukankah berkumpul bersama adalah moment yang berharga? Jangan sampai nanti dikemudian hari kamu menyesali tindakanmu sendiri yang tidak aware dengan lingkungan sekitar.
4. Bahasa tulisan memiliki banyak
tafsir, sehingga sering kali terdapat kesalahpahaman. Bukankah bertemu akan
semakin mempererat suatu hubungan?
Kini kamu memang sudah tidak
perlu bersusah payah mengirim surat hanya demi menanyakan kabar kerabat dekat.
Hanya dalam hitungan detik saja pesanmu bisa sampai keberbagai bagian dunia. Bermodal
gadget dan kuota, menulis pesan untuk kerabat jadi sangat mudah. Apalagi dengan
hadirnya berbagai fitur pengirim pesan seperti WhatsApp, Line, BBM, E-mail dan
lainnya. Namun, benarkah pesan berupa tulisanmu benar-benar sampai padanya?
Tidak seperti ketika bertatap muka langsung, berbicara dan saling melihat mata. Tulisan seyogyanya memiliki banyak tafsir yang mungkin saja dikemudian hari akan menjadi bumerang bagi diri kamu sendiri. Percakapan demi percakapan via teks memang terdengar praktis, tetapi komunikasi antar personal yang sesungguhnya tidak dapat digantikan dengan teks. Memahami satu sama lain tak dapat kamu lakukan hanya dengan membaca pesan singkatnya. Lain halnya ketika kamu bertemu dan bertatap muka langsung. Kamu dapat dengan cepat memahami perasaan seseorang melalui ekspresi wajah serta sorot matanya. Sudahkah kamu menanyakan kabar keluarga dan kerabatmu secara langsung?
5. Teknologi memberikan banyak ‘lahan’ untuk membully antar sesama. Cyber Bullying kini menjadi hal yang wajar seiring dengan kemajuan teknologi.
Pasti kamu sudah tidak asing lagi
dengan kata ‘netizen’. Netizen seolah menjadi hakim di sosial media yang tahu
segalanya. Tidak adanya filter di media sosial membuat para netizen ‘maha Tahu’
tersebut menjadi-jadi. Banyak orang menjadi sasaran empuk cyber bullying khusunya para pesohor yang memiliki followers yang banyak di akun sosial
media mereka. Kamu lambat laut pun mungkin akan ikut terseret dalam kubangan cyber bullying. Ketika memulai aktivitas
cyber bullying, saat itu juga kamu sudah menjatuhkan mental orang lain dan juga
dirimu sendiri.
Membully adalah aktivitas yang
sangat tercela, apalagi jika menyangkut kelemahan orang lain seperti fisik dan
juga tingkat kecerdasan seseorang. Para korban cyber bullying akan merasa hidupnya tidak berarti karena merasa
tidak dianggap dan dihargai. Jika terlalu lama serta dibiarkan terus menerus
akan berdampak pada psikologisnya, mulai dari depresi atau yang paling parah
bahkan mengakibatkan korban bunuh diri. Amat disayangkan teknologi kerap kali
digunakan oleh orang-orang bermental bully
untuk melancarkan aksi mereka. Berbekal teknologi yang canggih makin
membuka banyak ‘lahan’ bagi para pelaku cyber
bullying.
Apakah teknologi masih
menyilaukan matamu? Ingatlah bahaya yang diam-diam mengintaimu setiap saat.
Bijak saat memanfaatkan teknologi, sehingga kamu dijauhkan dari sifat kecanduan
teknologi yang akan berakibat pada dirimu sendiri. Ingat, teknologi adalah
ciptaan manusia, jangan sampai ciptaan manusia ini justru yang akan mengambil
kendali kehidupan manusia itu sendiri. Berdamailah dengan teknologi dengan
tidak membiarkannya menggerogoti kehidupan nyatamu.
@echisianturi
0 Comments