Kepada kamu~
May 09, 2015
Hei, beranda kamar masih dingin
seperti kemarin. Hanya asap dari secangkir coklat panas di sudut kamar yang
sedikit menghangatkanku. Aku ingin sekali memeluk hujan kali ini, di awal mei. Jarum
jam menunjukkan angka 10, tak ada alasan yang membenarkanku untuk terbuai dalam
mimpi segera.
Hujan menyediakan waktu untuk kita
bergumam satu sama lainnya. Sebatas yang kita mampu, dan lagi-lagi mengetuk
pintu-pintu hati. Pertanyaan yang berantakan membuatku tak mampu melontarkannya
satu demi satu. Jika kau bertanya padaku tentang cinta yang ada di hati, tak
ada jawaban yang pasti. Abu-abu, absurd dan mengabur.
Sebelum malam benar-benar mengambil
waktu kita, dan sebelum hujan mengaburkan beranda kamar. Tercetus sebuah tanya tentang
rasa. Apakah malam yang kuhabiskan untuk mendoakanmu akan tergantikan dengan
sebuah harapan. Disela-sela hari untuk menuliskan segelintir kisah.
Sebab …
”Orang boleh pandai setinggi langit,
tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah.
Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” - Pramoedya Ananta Toer.
Dan, dengan menulis aku belajar untuk
mengabadikan kisah. Belajar untuk memeluk kisah dalam keabadian. Aku belajar
mencintai tulisan, kemudian berharap kau pun mencintai apa yang telah aku
kisahkan. Setidaknya di suatu titik, entah itu kapan kau dan aku sama-sama
bertemu untuk saling mencintai. Karena kisah, dan karena kita.
Sejujurnya aku begitu menyukai
beranda kamar yang basah meski kacanya mengabur. Namun, di waktu-waktu yang
manis ketika aku mendapatimu membaca sedikit kisah tentang kita. Waktu menjadikan
segalanya terasa bermakna. Hujan mempertegas hati, tak ada alasan lain untuk
menulis. Sesederhana cinta yang tumbuh begitu saja, aku hanya tak ingin
dilupakan. Olehmu, dan oleh semua manusia.
@echisianturi
Bandarlampung, 10:22 PM.
2 comments