Kudapati wajah ini
mulai muncul kerutan-kerutan di bawah
kantung mata. Tuhan, ternyata aku sudah semakin renta. Tak terasa umurku
sudah menginjak kepala dua. Terasa sekali bahwa sisa umurku semakin dekat
dengan kematian. Setiap kali aku mengingat tentang saat-saat malaikat kelak
mencabut ruh dari tubuhku, ngilu terasa disembilu. Aku merasakan
getaran-getaran. Bukan takut dengan kematiannya, aku takut jika surga tak mau
menerimaku.
Mungkin kini sisa
waktuku di dunia hanya setengah, setengah perjalanan sudah kulalui dengan
harapan bahwa apa yang aku lakukan dihari-hari yang lalu mampu membawaku ke
JannahNya. Bersanding dengan para bidadari-bidadari surga lainnya. Tidak muluk
jika wanita di sisa kehidupannya menginginkan seorang pendamping yang dapat
mengajaknya bersama-sama menuju Jannah.
Tulang rusuk memang tak
akan pernah tertukar, dan janji Allah itu nyata. Jodoh sesungguhnya cerminan
dari jati diri kita sendiri. Tak usah merasa gelisah ketika mendapati diri
belum mendapatkan teman seumur hidup. Kurun waktu 20 tahun, aku sudah
mempelajari banyak hal termasuk tentang jodoh. Bahwa tak perlu tergesa-gesa,
jadilah orang baik maka hal yang baik pula yang akan menghampirimu. Percayalah.
Namanya juga wanita,
ada saja kriteria-kriteria yang menjadi patokan dalam memilih pasangan hidup.
Itu hal yang sangat lumrah, hidup penuh dengan pilihan. Laki-laki yang taat
agamanya adalah tipe yang paling dicari olah para kaum hawa. Bagaimana kelak
dapat menjadi imam untuk keluarganya jika dia saja tak mampu untuk memimpin
dirinya sendiri? Laki-laki yang taat agamanya, selalu aku idam-idamkan. Maka
dari itu aku berusaha memperbaiki diri, belajar menjadi seorang muslimah
seutuhnya meskipun tak dapat aku pungkiri bahwa tak semudah membalikan telapak
tangan.
Pasti sangat
menyenangkan seandainya Tuhan memberikanku teman hidup yang bukan hanya menjadi
suami bagi anak-anakku kelak tapi juga menjadi pembaca pertamaku kelak. Pembaca
pertama setia yang membaca pertama kali tulisan-tulisanku sebelum di posting di
blog atau sebelum aku mengirimkan tulisan ke media masa dan penerbit. Sungguh
manis.
Adakah seseorang yang
mau menemaniku nanti berpetualang, menjelajah indahnya alam ciptaan Tuhan ini? Bukan
hanya sekedar berkeliling semata tetapi menelaah begitu besar kuasaNya akan
semesta. Merasakan sejuknya rintik hujan bersama. Merasakan segarnya menghirup
udara di pagi hari. Menikmati indahnya langit, awan yang membentang luas di
angkasa. Putihnya awan dan birunya langit.
Adakah seseorang yang
berkenan menjadi partnerku untuk mengabdikan hidupnya kepada masyarakat? Yang tak
segan terjun langsung ke masyarakat, tanpa sungkan menolong, berbagi dengan
sesama. Tertawa bersama anak-anak yang kurang beruntung. Ikhlas mengajari
ilmunya kepada anak-anak tanpa pamrih. Menyayangi anak-anak sebagaimana apa
yang telah dilakukan oleh Rasullulah.
Adakah seseorang yang
mencintai kata dan seni. Yang lincah mengoreskan mata pena menjadi untaian kata
yang indah. Menikmati seni sebagai bagian dari kehidupan. Menghargai karya
orang lain sebagai bentuk apresiasi, memanusiakan manusia. Menyusun kata demi
kata menjadi sebuah pesan yang bermakna. Sungguh mengagumkan.
Adakah seseorang
seperti itu? Mungkin. Waktu adalah sebaik-baiknya jawaban dari segudang
pertanyaan.
Echi
Sianturi
Bandarlampung, 20 Maret 2014 00:30
Di
tengah penat dengan tugas